AQIDAH


Aqidah pada masa Nabi Muhammad SAW tidaklah memuncukan persoalan di Kalangan kaum Muslimin, dikarenakan mereka tidak mempersoalkannya. Kalau muncul persoalan mereka selalu bertanya kepada Rasulullah. Mereka hanya menerima, memahami, dan melaksanakan apa yang disampaikan Rasulullah. Rasulullah dalam menyelesaikan masalah selalu berdasarkan pada wahyu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Najm ayat 3Setelah Rasulullah SAW wafat dan digantikan oleh khalifah Rasyidin, semasa pemerintahan Abu bakar dan Umar umat Islam tidak sempa membahas dasar-dasar aqidah, karena mereka sibuk menghadapi musuh dan berusaha mempertahankan persatuan dan kesatuan umat Islam.Tidak pernah terjadi perbedaan di dalam bidang aqidah. Mereka membaca dan memahami Al-Qur’an tanpa mencari takwil bagi ayat-ayat yang mereka baca. Mereka mengimaninya dengan menyerahkan pena’wilannya kepada Allah sendiri.Dimasa khalifah ketiga, akibat terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya khalifah Usman bin Affan, umat Islam terpecah menjadi beberapa golongan dan aliran. Setelah itu masing-masing aliran tersebut berusaha mempertahankan pendiriannya dengan perkataan dan usaha, dan terbukalah pintu takwil bagi nash-nash al-Qur’an dan Hadits, dan terjadilah pembuatannya riwayat-riwayat palsu.Akibat terjadina riwayat-riwayat palsu berlanjut dengan munculnya firqah  (kelompok) yang memunculka masalah baru dibidang politik dan agama, apalagi munculnya kefanatikan dalam kelompok yang satu dengan yang lainnya, bahkan muncul peperangan-peperangan.Namun firqah-firqah yang beraneka ragam itu, secara garis besarnya hanya terdiri dari empat kelompok yaitu syi’ah, khawarij, murji’ah dan mu’tazilah

Kelompok 2
Aliran Jabariyah lahir bermula dari ketidak berdayaan dalam menghadapi kekejaman muawiyah bin abu sufyan dipelopori oleh Jaad bin Dirhan dan di kembangkan oleh Jaad bin Shafwan pada tahun 131H. Aliran Jabariyah adalah aliran yang meyakini bahwa semua tingkah laku, daya dan upaya manusia  berasal dari Allah swt, bukan dari manusia itu sendiri karena manusia tidak mempunyai kemerdekaan, kehendak dan kemampuan untuk melakukannya, manusia bertindak dengan paksaan dari Tuhan. Segala gerak-gerik manusia ditentukan oleh Tuhanaliran Jabariyah tidak lahir begitu saja melainkan ada sebab-sebab yang menyebabkan paham ini lahir. Aliran ini lahir akibat dari permasalahan mengenai perbuatan Tuhan dan berbuatan manusia.

 Pokok Aliran jabariyah sendiri dibagi menjadi dua sebagaimana dikemukakan oleh tokoh-tokohnya sebagai berikut
1.      Jabariyah ekstrim
Tokohnya:
a.       Jaham bin Safwan ak-Khurassani
b.      Ja’ad bin Dirham
2.      Jabariyah Moderat
Tokohnya:
a.       Husain bin Muhammad an-Najjar
b.      Dhihar bin Amir
.
Kelompok 3
Ilmu kalam adalah ilmu yang yang membicarakan tentang wujud nya Allah sifat sifat yang ada padanya.sifat sifat yang tidak ada padanya dan sifat sifat yang munkin ada padanya.Dan membicara kan tentang rasul rasul tuhan,sifat sifat yang mesti ada padanya dan yg tidak mungkin ada padanya.
Fungsi ilmu kalam:
1.Untuk memperkuat dan menjelaskan akidah islam
2.Untuk menolak akidah yang sesat
3.Sebagai ilmu yang mengajak orang baru untuk mengenal tuhan secara rasional
4.Dapat mengokohkan dan menyelamatkan diri seorang dari kesesatan
Masalah masalah ilmu kalam:
1.kekafiran
2.Kemusyrikan
3.Kemurtadan
4.Kemunafikan

Kelompok 4
1.      Pengertian Khawarij
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab (kharaja) yang berarti keluarnama ini diberikan kepada mereka karena mereka keluar dari barisan Ali. Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran  pengikut Ali bin Abi Tholib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidakkesepakatan terhadap keputusan Aliyang menerima arbitrase. Dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M, dengan kelompokbughot (pemberontak) Mu’awiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaak khalifah.
 2.      Latar Belakang Kemunculan Khawarij
Khawarij merupakan suatu aliran dalam kalam yang bermula dari sebuah kekuatan politik. Dikatakan khawarij karena mereka keluar dari dari barisan pasukan Ali saat pulang dari perang siffin yang dimenangkan oleh Mu’awiyah melalui tipu daya perdamaian yang disepakati olh ali. Sikap Ali menghentikan peperangan tersebut, menurut mereka merupakan suatu kesalahan besar, karena Mu’awiyah adalah pembangkang, sama halnya dengan Thalhah dan Zubair.
Pokok Pokok aliran ilmu kalamnya
1.Orang islam yang melakukan dosa besar adalah kafir
2.Khalifah menurut mereka tidak harus keturunan nabi

Kelompok 5
AL-MURJI’AH
1.      Pengertian kata Murji’ah
Ada beberapa pendapat tentang pengertian Murji’ah.
a.       Pendapat pertama mengatakan bahwa Murji’ah berarti penangguhan. Kata Murji’ah dipergunakan untuk menyebut suatu kelompok Muslim, karena mereka menangguhkan perbuatan dari niat dan balasan.
b.      Pendapat kedua mengartikan Murji’ah dengan ‘memberi harapan’: bahwa kata Murji’ah berasal dari kata al-raja’ yang berarti harapan.Adapun secara istilah, Murji’ah adalah kelompok yang mengesampingkan atau memisahkan amal dari keimanan, sehingga menurut mereka kemaksiatan itu tidak mengurangi keimananseseorang. Ada juga yang berpendapat bahwa irja’ berarti penangguhan hukuman kepada orang yang berbuat dosa besar sampai hari kiamat.

 2.      Asal-usul kemunculan Murji’ah
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja’ atau arja’ dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan untuk menghindari sektarianisme. Murjia’h, baik sebagai kelompok politik maupun teologis, diperkirakan lahir bersamaan dengan kemunculan Syi’ah dan Khawarij. Kelompok ini merupakan musuh berat Khawarij.
Pokok pokok aliran ilmu kalamnya :
1.Pengakuan iman islam cukup di dalam hatinya saja dan tidak dituntut membuktikan keimanan dengan perbuatan
2.Selama orang muslim meyakini dua kalimat syahadat meskipun ia melakukan dosa besar ia tidak tergolong orang kafir

Kelompok 6
Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan nberasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Allah. Dalam sejarah perkembangan teologi Islam, tidak diketahui secara pasti kapan aliran ini muncul.Pendiri aliran ini adalah Ma’bad al-Juhani dan Gailan ad-Dimasyqi. Aliran ini mempunyai pendapat bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan baik ataupun jahat. Selain itu, menurut aliran ini manusia mempunyai kemerdekaan atas tingkah lakunya. Ia berbuat baik ataupun jahat atas kehendaknya sendiri. Degan demikian, menurut aliran ini manusia diciptakan Allah mempunyai kebebasan untuk mengatur jalan hidupnyatanpa campur tangan Allah. Oleh karena itu, jika manusia diberi ganjaran yang baik berupa surga atau disiksa di neraka, semua itu adalah pilihan mereka sendiri.

Kelompok 7
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir.Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Atas meninggalkan perguruan Hasan al-Basri, lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu disebabkan ajarannya bersifat rasional dan filosofis. Alas an lain adalah aliran Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh dukungan pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.
Aliran ini memiliki 5 ajaran pokok:
1.Tauhid
2.Keadilan Allah
3.Janji dan ancaman
4.Posisi diantara dua posisi
5.Amar makruf dan nahi mungkar

Kelompok 8
Latar Belakang Sejarah  Kata Syi’ah berasal adri kata sya’ah, syiya’ah (bahasa Arab) yang berarti mengikuti. Jika dikatakan “seorang dari syi’ah Fulan”, hal ini berarti bahwa dia dari pengikut Fulan. Kata syi’ah berlaku baik untuk tinggal, ganda maupun jama’, baik untuk maskulin maupun feminin. Dari pengertin umum ini, kemudian kata syi’ah dilekatkan secara khusus kepada para pengkut Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad SAW. Kata syi’ah ini sendiri muncul dari Mukhtar bi Abi Ubaid ats-Saqfi yang mengatakan bahwa “adalah syi’ah yang merupakan keturunan Nabi Muhammad saw bin Ali bin Abi Thalib”. Dan setelah Mukhtar bin Ali bn Abi Thalib terbunuh, syi’ah menjadi sebuah kelompok atau aliran agama yang meletakkan dasar-dasar Syi’ah. Tetapi saat itu syi’ah belum sempurna menjadi suatu aliran hingga pada masa Ja’far Shadiq. Maka, doktrin penting dalam syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu bersumber dari ahlul bait, dan menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahlul bait atau para pengikutnyaAdapun ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok syiah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah-sebagaimana juga Asy’ariayah-masul dalam barisan sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mahzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah.Secara etimologis, istilah “Ahlus Sunnah Wal Jamaah” berarti golongan yang senantiasa mengikuti jejak hidup Rasulallah Saw. dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan yang berpegang teguh pada sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah shahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Al-Imam Ibnul Jauzi menyatakan tidak diragukan bahwa Ahli Naqli dan Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan atsar para shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah.
Kata “Ahlus-Sunnah” mempunyai dua makna. Pertama, mengikuti sunah-sunah dan atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu ‘anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan ahkam.
Kedua, lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama di mana mereka menamakan kitab mereka dengan nama As-Sunnah, seperti Abu Ashim, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain-lain. Mereka maksudkan (As-Sunnah) itu i’tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan ijma’.Kedua makna itu menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlus Sunnah itu kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam dan para shahabat radhiyallahu ‘anhum. Adapun penamaan Ahlus Sunnah adalah sesudah terjadinya fitnah ketika awal munculnya firqah-firqah.
POKOK POKOK PIKIRAN AHLU SUNNAH
1.Sifat tuhan
2.Kekuasaan tuhan dan perbuatan manusia
3.Melihat tuhan pada hari kiamat
4.Dosa besar

Sumber : www.google.com

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM UJI LARUTAN PADA KERTAS LAKMUS

MAKALAH PENGARUH JENIS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG MERAH

UJI MAKANAN